Kamis, 14 April 2011

Stres Lingkungan

STRES LINGKUNGAN

Menurut Lazzarus dan Folkman (dalam Baron dan Byrne, 1991) mengartikan stress lingkungan sebagai ancaman-ancaman yang datang dari dunia sekitar. Setiap individu selalu mencoba untuk beradaptasi dengan ketakutan, kecemasan, dan kemarahan yang dimilikinya.
Fontana (1989) menyebutkan bahwa stress lingkungan berasal dari sumber yang berbeda-beda seperti tetangga yang ribut, jalan menuju bangunan tempat kerja yang mengancam nilai atau kenikmatan salah satu milik/kekayaan, dan kecemasan financial atas ketidakmampuan membayar pengeluaran-pengeluaran rumah tangga.
Baum, Singer, dan Baum (dalam Evans, 1982) mengartikan stress lingkungan dalam tiga faktor, yaitu:
1.    stressor fisik (misalnya: suara)
2.    penerimaan individu terhadap stressor yang dianggap sebagai ancaman (appraisal of the stressor)
3.    dampak stressor pada organisme (dampak fisiologis).
Fontana (1989) menyebutkan bahwa sumber utama dari stress di dalam dan di sekitar rumah adalah sebagai berikut :
1.    stress karena teman kerja
2.    stress karena anak-anak
3.    stress karena pengaturan tempat tinggal setempat
4.    tekanan-tekanan lingkungan.
Stres yang diakibatkan oleh kepadatan dalam ruang dengan penilaian kognitif akan mengakibatkan denyut jantung bertambah tinggi dan tekanan darah meningkat, sebagai reaksi stimulus yang tidak diinginkan. Dengan kondisi tersebut, maka seseorang yang berusaha mengatasi situasi stress akan memasuki tahapan kelelahan karena energinya telah banyak digunakan untuk mengatasi situasi stress.
Di dalam membahas hubungan manusia dengan lingkungan binaan, maka pada lingkungan binaan tersebut diharapkan akan didapat ungkapan-ugnkapan arsitektur berupa pola-pola yang mempengaruhi perkembangan dan perubahan konsepsi bangunan. Perubahan-perubahan konsepsi pada bangunan itu terjadi pada perilaku penghuni terhadap tata atur yang telah tercipta pada bangunan itu dahulunya. Akibat dari pergeseran perlakuan atau aktivitas dari penghuni menakibatkan kerancuan visual dan tata atur bangunan tersebut.

Sumber :
Prabowo, Hendro. 1998. Arsitektur, Psikologi dan Masyarakat. Depok : Universitas Gundarma.

Kamis, 07 April 2011

Stres

Stres

I.    Pengertian Stres

Sarafinio (1994) mencoba mengkonseptualisasikan ke dalam tiga pendekatan, yaitu : stimulus, respons, dan proses.
1.    Stimulus
Kita dapat mengetahui hal ini dari pilihan seseorang terhadap sumber atau penyebab ketegangan berupa keadaan/situasi dan peristiwa tertentu. Keadaan dan peristiwa yang dirasakan yang dirasakan mengancam atau membahayakan yang menghasilkan perasaan tegang disebut sebagai stressor.
2.    Respons
Respon adalah reaksi seseorang terhadap stressor. Untuk itu dapat diketahui dari dua komponen yang saling berhubungan yaitu : komponen psikologis dan komponen fisiologis.
a.    komponen psikologis, seperti : perilaku, pola berpikir, dan emosi.
b.    Komponen fisiologis, seperti : detak jantung, sariawan, keringat, dan sakit perut.
Kedua respon tersebut disebut dengan strain atau ketegangan.
3.    Proses
Stres sebagai suatu proses terdiri dari stressor dan strain ditambah dengan satu dimensi penting yaitu hubungan antara manusia dengan lingkungan.

II. Model Stres

Cox (dalam Prabowo, 1998) mengemukakan tiga model stress yaitu : Respons-based model, Stimulus- based model, dan Interaction model.
a.    Response-based model
Stress model ini mengacu sebagai sekelompok gangguan kejiwaan dan respon-respon psikis yang timbul pada situasi sulit.
b.    Stimulus-based model
Model stress ini memusatkan perhatian pada sifat-sifat stimuli stress. Tiga karakteristik penting dari stimuli stress adalah sebagai berikut :
(1)    Overload
Karakteristik individu ini diukur ketika sebuah stimulus datang secara intens dan individu tidak dapat mengadaptasi lebih lama lagi.
(2)    Conflict
Konflik diukur ketika sebuah stimulus secara simultan membangkitkan dua atau lebih respon-respon yang tidak berkesesuaian.
(3)    Uncontrollability
Uncontrollalibility adalah peristiwa-peristiwa dari kehidupan yang bebas atau tidak bergantung pada perilaku dimana pada situasi ini menunjukkan tingkat stress yang tinggi.
c.    Interactional model
Model ini merupakan perpaduan dari respons-based model dan stimulus-based model. Ini mengingatkan bahwa dua model terdahulu membutuhkan tambahan informasi mengenai motif-motif individual dan kemampuan mengatasi.

II.    Jenis Stres

Holahan (1981) menyebutkan jenis stress yang debedakan menjadi dua bagian, yaitu systemic stress dan psicjological stress. Systemic stress disefinisikan oleh Selye (dalam Prabowo, 1998) sebagai respon nonspesifik dari tubuh terhadap beberapa tuntutan lingkungan. Ia menyebut kondisi-kondisi pada lingkungan yang menghasilkan stress.

Sumber :
Prabowo, Hendro. 1998. Arsitektur, Psikologi dan Masyarakat. Depok : Penerbit Gunadarma