Sabtu, 27 November 2010

Jenis Kekuasaan

Menurut French & Raven ada lima jenis kekuasaan :
1. Kekuasaan ganjaran
2. Kekuasaan Koersif
3. Kekuasaan Resmi
4. Kekuasaan Keahlian
5. Kekuasaan Rujukan

Kekuasaan

Kekuasaan adalah kemampuan untuk bertindak atau memerintah sehingga dapat menyebabkan orang lain bertindak meliputi kemampuannya dalam memahami situasi serta ketrampilan dalam menentukan macam kekuasaan yang tepat untuk merespon situasi.

Kaitan antara Motivasi Individu dengan Tujuan Kelompok

Motivasi adalah suatu proses dimana adanya suatu kebutuhan yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu atau serangkaian kegiatan yang mengarah ke tercapainya tujuan tertentu. Seperti halnya, tujuan dalam kelompok. Jika motivasi individu itu rendah, maka tujuan kelompok tidak akan tercapai. Namun, jika motivasi individu itu tinggi, maka tujuan kelompok mudah dicapai.

Jumat, 19 November 2010

Kohesivitas dan Produktivitas

Kelompok yang produktif adalah kelompok yang mampu menghasilkan sesuatu yang bermanfaat bagi anggota kelompok itu sendiri, maupun orang lain di luar kelompok. Untuk menghasilkan sesuatu, dibutuhkan kerja sama dalam kelompok. Hal itu juga dipengaruhi oleh derajat kelekatan atau kohesivitas kelompok itu sendiri.
Jika tingkat kelekatan dalam kelompok itu rendah, maka kerja sama untuk mengahsilkan sesuatu itupun tidak akan maksimal. Sedangkan, jika derajat kelekatan kelompok itu tinggi, maka kerja sama akan berjalan baik dan akan menghasilkan sesuatu yang baik.

Kohesivitas dan Interaksi

Kohesivitas menunjukkan adanya tingkat kelekatan dalam kelompok. Jika derajat kelekatan kelompok itu rendah, maka interakssi dalam kelompok pun menjadi sangat berkurang. Hal itu akan berdampak buruk dalam kelompok itu sendiri. Anngota-anggota kelompok tidak akan mencapai tujuan bersama dan tidak mampu untuk menyelesaikan masalah bersama. Hal itu dikarenakan tingkat ego yang tinggi, yang disebabkan kurangnya interaksi.
Lain halnya jika derajat kelekatan dalam kelompok itu tinggi, maka interaksi dalam kelompok semakin intensif. Hal itu akan berdampak baik bagi kelangsungan kelompok itu sendiri. Selain itu, dengan tingginya derajat kelekatan dalam kelompok, akan mempermudah tercapainya tujuan bersama dan mudah dalam mengatasi masalah-masalah yang timbul dalam kelompok.

KOHESIVITAS

Kohesivitas adalah tinggi rendahnya derajat dapatnya saling menerima anggota kelompok yang menunujukkan derajat kelekatan dalam kelompok tersebut. Semakin para anggota saling tertarik dan makin sepakat terhadap sasaran kelompok, makin lekat kelompoknya.
Faktor-faktor yang menentukan derajat kelompok adalah :
1. Lamanya waktu berada bersama dalam kelompok; makin lama berada dalam suatu kelompok, makin salaing mengenal, makin dapat timbul sikap toleran terhadap yang lain.
2. Besarnya kelompok; makin besar kelompoknya, makin sulit terjadi interaksi yang intensif antar para anggotanya, makin kurang lekat kelompoknya.
3. Ancaman dari luar
4. keberhasilan di masa lalu

Sabtu, 13 November 2010

Tahap Norming : Pembentukan Struktur Kelompok

1. Peran (role)
Peran (role) merupakan perilaku yang biasanya ditampilkan orang sebagai
anggota kelompok dan bergantung pada posisi dalam kelompok tersebut.
Peran dapat dibedakan menjadi dua, yaitu ::
Task roles yang berhubungan dengan tugas
Socioemotional roles yang berakaitan dengan sosioemosi
Teori 3 dimensi peran :
a. dominance – submission
b. friendly – unfriendly
c. instrumentally controlled – emotionally eupressive
Konflik peran :
• interrole : konflik yang terjadi antara 2 atau lebih peran yang dijalani oleh 1 orang
• intrarole : konflik yang terjadi antara peran 1 orang dengan peran orang lain
2. Norma (norm)
Norma (norm) merupakan peraturan yang menggambarkan tindakan apa yang seharusnya diambil oleh anggota kelompok.
3. Hubungan antar anggota
Dapat berupa hubungan ketertarikan dan hubungan komunikasi.

Sumber : Psikologi kelompok (Klara Innata)

Tahap Storming : Konflik dalam Kelompok

Tahap-tahap perkembangan konflik:
1. Disagreement
Harus segera diidentifikasi :
• apakah benar-benar ada atau sekedar kesalahpahaman
• apakah perlu segera ditangani atau terselesaikan sendiri
• jika benar-benar ada dan menyangkut beberapa faktor situasional
Minor
2. Confrontation
• Adanya verbal attack, dimana dua orang atau lebih saling bertentangan.
• diakhir tahap ini, tingkat koalisi (sub kelompok dalam kelompok) dimana anggota kelompok menjadi terpolarisasi (membentuk blok-blok).
3. Esclation
Adanya ancaman, kekerasan fisik, dan hal-hal negative lainnya yang muncul dalam kelompok.
4. Deesclation
• menurunnya konflik
• anggota mulai sadar waktu dan energi yang terbuang sia-sia dengan berdebat
Sumber : Psikologi kelompok (Klara Innata)

Tahap Forming

A. Pandangan Psikoanalisis
Menurut salah satu tokoh Psikoanalisa yaitu Sigmund Freud, tahap forming dapat diartikan yaitu orang yang bergabung dalam kelompok karena keanggotaan itu dapat memuaskan kebutuhan dasar biologis dan psikologis tertentu
Dalam pandangan psikoanalisi, ada dua proses pembentukan kelompok, yaitu:
1. Identifikasi
Adanya libido yang diarahkan ke dirinya dan ke orang lain. Selain itu, ada yang dinamakan dengan ego ideal yaitu model ego yang berasal dari orang tua.
2. Transferen
Dilihat dari proses pembentukan kelompok dari awal kehidupan sampai perilaku kelompok selanjutnya. Pemimpin dianggap sebagai tokoh yang otoriter seperti orang tuanya.
B. Pandangan Sosiobiologi
Pandangan ini berasal dari teori evolusi (Charles Darwin) yang menganggap bahwa ekspresi strategi yang stabil secara evolusioner dan cultural dari individu dapat meningkatkan kesuksesan reproduksi
C. Pandangan Proses Pembandingan Sosial
Leon Festinger (1950, 1954) : orang membutuhkan orang lain karena mereka
membutuhkan informasi tentang diri mereka dan lingkungan mereka dan
kebutuhan akan informasi. Ini hanya dapat dipenuhi dari orang lain.

penyebab teori deindividuasi

1. Rendahnya identiafibilitas seseorang
2. Rasa keanggotaan dalam kelompok
3. Ukuran kelompok yang semakin besar, maka akan semakin mudah terdeindividuasi
4. Kebangkitan personil → amarah

Groupthink

Menurut Janis (1972) berpikir kelompok atau groupthink merupakan suatu kemunduran dari efisiensi mental, pengujian realitas, dan pertimbangan moral yang dihasilkan oleh tekanan-tekanan dari dalam kelompoknya sendiri.
Janis menjabarkan gejala berpikir kelompok secara berurutan, sebagai berikut :
1. Kelompok memiliki ilusi bahwa mereka kebal
2. Kelompo terlibat dalam rasionalisasi kolektif untuk memotong informasi yang berbeda, menentang;
3. Kelompok mulai percaya pada moralitas inheren tentang apa yang ingin dilakukan.
4. Kelompok mengembangkan stereotip dari kelompok lain dan dari para penentang, sehingga melindungi diri dari analisis yang cermat.
5. Kelompok memberi tekanan langsung kepada para penentang untuk membuat diam mereka
6. Para anggota mulai menyensor pemikiran mereka sendiri.
7. Kelompok mulai percaya akan kebulatan kesepakatannya karena tidak ada penentang dan kepercayaan bahwa “diam berarti menyeujui”
8. Beberapa anggota dari kelompok mulai berfungsi sebagai “penjaga pikiran” penjaga yang “melindungi: para pemimpin dari pandangan yang menyimpang dengan menjerakan secara aktif para penentang untuk mengungkapkan ketidaksetujuan mereka.

DEINDIVIDUASI

DEINDIVIDUASI
Deindividuasi adalah hilangnya kesadaran akan diri sendiri (self awareness) dan pengertian evaluatif terhadap diri sendiri (evaluation apprehension) dalam situasi ini, akan memungkinkan situasi kelompok melakukan anominitas dan mengalihkan perhatian dari individu.
Keadaan deindividuasi dapat terjadi di kota-kota besar yang padat penduduk. Meningkatnya anonimitas di daerah yang padat penduduknya itu menyebabkan timbulnya norma yang membolehkan vandalisme.
Di kalangan militer, pemakaian baju seragam juga memungkinkan terjadinya deindividuasi. Dalam keadaan anonym, para prajurit berani dalam bertempur. Akan tetapi, pakaian seragam adakalanya justru menurunkan agresivitas.
Penilaian pada diri sendiri yang pada gilirannya akan meningkatkan kesadaran diri (self awareness)

Sumber : Sarwono, Sarlito Wirawan. 1999. Psikologi Kelompok dan Psikologi Terapan. Jakarta: Balai Pustaka