Kesesakan Lingkungan
Menurut Atman (1975) kesesakan merupakan suatu proses interpersonal pada suatu tingkatan interaksi manusia satu dengan yang lainnya dalam suatu pasangan atau kelompok kecil.
Sears, dkk. (1994) mengatakan kesesakan sebagai perasaan sempit dan tidak memiliki cukup ruang yang bersifat subyektif.
Dari dua pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kesesakan merupakan suatu kondisi yang bersifat subyektif, di mana di dalamnya terdapat suatu interaksi antar individu dalam keadaan yang sempit.
Di bawah ini merupakan teori kesesakan, antara lain :
1. Teori Beban Stimulus. Pendapat teori ini mendasarkan diri pada pandangan bahwa kesesakan akan terbentuk bila stimulus yangditerimaindividu melebihi kapasitas kognitifnya sehingga timbul kegagalan memproses stimulus atau informasi dari lingkungan. Schmidt dan Keating (1 979) mengatakan bahwa stimulus di sini dapat berasal dari kehadiran banyak orang beserta aspek-aspek interaksinya, maupur. kondisi-kondisi fisik dari lingkungan sekitar yang menyebabkan bertambahnya kepadatan sosial.
2. Teori Ekologi. Micklin (dalam Holahan, 1982) mengemukakan sifat-sifat umum model ekologi pada manusia. Pertama, teori ekologi perilaku memfokuskan pada hubungan timbal balik antara orang dengan lingkungannya. Kedua, unit analisisnya adalah kelompok sosial dan bukan individu, dan organisasi sosial memegang peranan sangat penting. Ketiga, menekankan pada distribusi dan penggunaan sumber-sumber material dan sosial. Wicker(l976) mengemukakan teorinya tentang n~anni~lTge.o ri ini berdiri ataspandangan bahwa kesesakan tidak dapat dipisahkan dari faktor seting dimana ha1 itu terjadi, misalnya pertunjukan kethoprak atau pesta ulang tahun.
3. Teori Kendala Perilaku. Menurut teori ini, suatu situasi akan dianggap sesaic bila kepadatan atau kcndisi lain yarlg berhubungan dengannya membatasi aktivitas individu dalam suatu tempat. Pendekatan ini didasari oleh teori reaktansi psikologis (psychological reactance) dari Brehm (dalam Schmidt dan Keating, 1979) yang menekankan kebebasan memilih sebagai faktor pendorong penting dalam persepsi dan perilaku manusia. Ia mengatakan bahwa bila kebebasan itu terhambat, maka individu akan mengadakan suatu reaksi dengan berusaha menemukan kebebasan yang hilang tadi, yang digunakan untuk mencapai tujuannya.
Terdapat tiga faktor yang mempengaruhi kesesakan, yaitu : personal, social, dan fisik.
a. Faktor Personal
Faktor ini terdiri dari kontrol pribadi dan locus of control, budaya, pengalaman dan proses adaptasi serta jenis kelamin dan usia.
1) Kontrol Pribadi dan Locus of Control
Menurut Schopler dan Stokol (dalam Shaw dan Constanzo, 1985) kesesakan yang dialami manusia adalah pengalaman yang termasuk dalam stress psikologis, dimana stress tersebut adalah konsekuensi dari rasa hilangnya kontrol atas aturan-aturan yang ada dalam ruang termasuk jarak interpersonal.
Perbedaan individu dalam bertindak di kepadatan tinggi dipengaruhi oleh tingkat kontrol yang dimiliki. Suatu penelitian ditemukan bahwa orang-orang yang meningkatkan kontrol diri lebih tinggi dapat mengurangi kesesakan dan lebihj sedikit merasakan dampak negatifnya (Langer dan Saegert dalam Bell, 2001).
2) Budaya, Pengalaman, dan Proses Adaptasi
Masyarakat yang sudah sangat lama dalam mengatasi dampak kesesakan tinggi dengan baik adalah budaya masyarakat Cina. Dimana masyarakat Cina dapat menjadi sangat akrab dan nyaman jika berada di lingkungan berkepadatan tinggi dan ketika diberi pilihan lebih memilih tinggal di kondisi yang kurang padat (Aiello dan Thompson dalam Bell, 2001).
Perbedaan reaksi individu dalam kepadatan tinggi tergantung pada tingkat kemampuan adaptasi individu yang berasal dari pengalaman masa lalu di lingkungan berkepadatan tinggi (Bell, 2001).
3) Jenis Kelamin dan Usia
Freedman (dalam Bell, 2001) menemukan bahwa laki-laki mengalami mood yang lebih negative dalam kondisi ruang yang berkepadatan tinggi daripada ruang yang berkepadatan rendah. Ini dikarenakan laki-laki membutuhkan ruang personal yeng lebih besar, lebih menyukai kompetisi dibandingkan wanita yang lebih menyukai berafiliasi dalam kehidupan social (Deaux dan Lafrance dalam Bell, 2001).
b. Faktor Sosial
Menurut Gifford (1987) secara personal individu dapat mengalami lebih banyak atau lebih sedikit mengalami kesesakan cenderung dipengaruhi oleh karakteristik yang sudah dimiliki, tetapi lain pihak pengaruh orang lain dalam lingkungan dapat juga memperburuk keadaan kesesakan. Faktor-faktor social tersebut menurut Gifford (1987) adalah :
1) Kehadiran dan Perilaku Orang Lain
Kehadiran orang lain akan menimbulkan perasaan sesak bila individu merasa terganggu dengan kehadiran orang lain.
2) Formasi Koalisi
Mningkatnya kepadatan social akan dapat meningkatkan kesesakan. Misalnya, penambahan teman sekamar dalam asrama dapat memunculkan keadaan negative, seperti stress, perasaan tidak enak, dan kehilangan kontrol yang disebabkan karenaa terbentuknya koalisi disatu pihak dan satu orang yang terisolasi di pihak lain.
3) Kualitas Hubungan
Kesesakan menurut penelitian sangat dipengaruhi oleh seberapa baik seorang individu dapat bergaul dengan orang lain. Individu yang percaya bahwa orang lain mempunyai pandangan yang sama dengan dirinya merasa kurang mengalami kesesakan bila berhubungan dengan orang tersebut.
4) Informasi yang Tersedia
Kesesakan juga dipengaruhi oleh jumlah dan bentuk informasi yang muncul sebelum dan selama mengalami keadaan yang padat. Individu yang tidak mempunyai informasi tentang kepadatan merasa lebih sesak daripada individu yang sebelumnya sudah mempunyai informasi tentang kepadatan.
c. Faktor Fisik
Faktor fisik yang dapat mempengaruhi kesesakan adalah :
1) Besarnya Skala Lingkungan
Menurut Stokol (dalam Deaux & Wrightsman, 1993) mengatakan bahwa teori kesesakan mempunyai intensitas yang sangat kuat dan sulit dipecahkan dalam lingkungan primer seperti tempat tinggal atau lingkungan kerja, dimana individu banyak menghabiskan waktu berhubungan dengan individu lain atas dasar pribadi.
Adapun pengaruh kesesakan terhadap perilaku yaitu terganggunya aktivitas iindividu, interaksi interpersonal yang tidak diinginkan akan mengganggu individu dalam mencapai tujuan personalnya.
Pengaruh negative dari kesesakan yaitu terbentuk dalam penurunan psikologis, fisiologis, dan hubungan sosial. Pengaruh psikologis yang ditimbulkan oleh kesesakan antara lain adalah perasaan kurang nyaman, stress, kecemasan, agresivitas meningkat, bahkan juga gangguan mental.
Pengaruh fisiologisnya yaitu meningkatnya tekanan darah dan detak jantung, gejala-gejala psikosomatik, dan penyakit-penyakit fisik yang serius.
Sedangkan, pengaruh dari proses sosialnya yaitu menurunnya sikap gotong royong dan saling membantu, penarikan diri dari lingkungan sosial, berkembangnya sikap acuh tak acuh, dan berkurangnya intensitas hubungan sosial.
Sumber :
http://guea31.wordpress.com/2011/03/04/teori-kesesakan/
http://elearning.gunadarma.ac.id/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar