Kepadatan
Kepadatan adalah suatu kondisi dimana terdapat jumlah yang sangat banyak didalam suatu tempat, melebihi kapasitas tempat tersebut.
Menurut Altman (1975) kepadatan berhubungan dengan tingkah laku social. Variasi indicator kepadatan itu meliputi:
1. Jumlah individu dalam sebuah kota,
2. Jumlah individu pada daerah sensus,
3. Jumlah individu pada unit tempat tinggal,
4. Jumlah ruangan pada unit tempat tinggal,
5. Jumlah bangunan pada lingkungan sekitar.
Holahan (1982) menggolongkan kepadatan kedalam dua kategori, yaitu:
1. kepadatan spasial (spatial density) yang terjadi bila besar atau luas ruangan diubah menjadi lebih kecil atau sempit sedangkan jumlah individu tetap, sehingga didapatkan kepadatan meningkat sejalan menurunnya besar ruang
2. kepadatan social (social density) yang terjadi bila jumlah individu ditambah tanpa diiringi dengan penambahan besar atau luas ruangan sehingga didapatkan kepadatan meningkat sejalan dengan bertambahnya individu.
Altman (1975) membagi kepadatan menjadi :
1. Kepadatan dalam (inside density) yaitu jumlah individu yang berada dalam suatu ruang atau tempat tinggal seperti kepadatan didalam rumah,kamar;
2. Kepadatan luar (outside desity) yaitu sejumlah individu yang berada pada suatu wilayah tertentu, seperti jumlah penduduk yang bermukim di suatu wilayah pemukiman.
Jain (1987) menyatakan bahwa setiap wilayah pemukiman memiliki tingkat kepadatan yang berbeda dengan jumlah unit rumah tinggal pada setiap stuktur hunian pada setiap wilayah pemukiman. Sehingga suatu wilayah pemukiman memiliki tingkat kepadatan yang tinggi atau kepadatan rendah.
Akibat kepadatan tinggi
kepadatan yang tinggi dapat menyebabkan berbagai masalah sehingga dapat menimbulkan stress. Ada berbagai akibat yang dihasilkan dari kepadatan yang tinggi. Misalnya saja bila dilihat dari aspek kesehatan, yaitu munculnya sesak nafas, penekanan denyut jantung, tekanan darah, dan lain-lain. Selain itu, bisa juga dilihat dari aspek sosial, yaitu kenakalan remaja dan meningkatnya tindak kejahatan atau kriminalitas (Heimstra dan McFarling,1978; Gifford,1987).
Akibat psikis lain antara lain:
1. Stress, kepadatan tinggi menumbuhkan perasaan negative, rasa cemas, stress (Jain,1987) dan perubahan suasana hati (Holahan,1982).
2. Menarik diri, kepadatan tinggi menyebabkan individu cenderung menarik diri dan kurang ma berinteraksi dengan lingkungan sosialnya (Heimstra dan McFarling,1978; Holahan,1982; Gifford,1987).
3. Perilaku menolong, kepadatan tinggi menurunkan keinginan individu untuk menolong atau member bantuan pada orang lain yang membutuhkan, terutama orang yang tidak dikenal (Holahan,1982; Fisher dkk., 19840.
4. Kemampuan mengerjakan tugas, situasi padat menurunkan kemampuan individu untuk mengerjakan tugas-tugas pada saat tertentu (Holahan,1982)
5. Perilaku agresi, situasi padat yang dialami individu dapat menumbuhkan frustrasi dan kemarahan, serta pada akhirnya akan terbentuk perilaku agresi (Heimstra dan McFarling,1978; Holahan,1982).
6. Kepadatan dengan perbedaan budaya
Budaya mayarakat kota dan masyarakat desa jelas berbeda. Jika dilihat dari mata pencahariannyapun berbeda. Di kota, banyak yang menjadi pengusaha, manager, pebisnis, dan lain-lain. Sedangkan di desa, sebagian besar dari masyarakatnya bermata pencaharian sebagai nelayan, petani, dan pedagang.
Kepadatan penduduk di kota dan di desa pun berbeda. Jumlah penduduk di kota lebih banyak dibandingkan dengan jumlah penduduk di desa. Sehingga, di kota banyak sekali terdapat polusi udara, hampir di setiap ruas jalan terdapat rumah atau bangunan-bangunan.
Sumber :
http://lcbello.blogspot.com/2010/05/kepadatan-density
http://nido05.wordpress.com/masyarakat-pedesaan-dan-masyarakat-perkotaan/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar