Setiap kelompok terdiri dari beberapa anggota. Anggota-anggota tersebut tentu merupakan pribadi yang berbeda-beda. Misalnya : cara berpakaian, cara memandang suatu masalah, dan lain-lain.
Berikut ini adalah bebrapa faktor penyebab terjadinya konflik :
1. Perbedaan individu dalam memandang suatu masalah.
Sudut pandang setiap orang berbeda-beda, seperti yang telah dikemukakan sebelumnya. Sehingga, mereka sangat yakin dengan apa yang merekan anggap benar. Seringkali terjadi salah paham diantara anggota-anggota tersebut.
2. Perbedaan kepentingan antara individu atau kelompok.
Setiap individu tentu mempunyai kepentingan yang berbeda. Terkadang mereka menganggap bahwa hanya kepentingan mereka sendirilah yang paling penting diantara yang lain.
3. Perbedaan latar belakang kebudayaan
Perbedaan kebudayaan ini tentu sangat berpengaruh dalam membentuk pribadi individu, pola pikir, dan lain-lain.
4. Perubahan nilai yang cepat dan mendadak dalam masyarakat.
Contoh : hubungan kekerabatan diubah menjadi hubungan struktural yang disusun dalam organisasiformal perusahaan. Nilai-nilai seperti ini belum tentu bisa diterima semua orang, terlebih lagi masyarakat pedesaan.
Sabtu, 30 Oktober 2010
Penyebab Konflik
Diposting oleh
Psikologi dan Teknologi Internet / Anggi Perina / 10508021
di
22.38
Tidak ada komentar:
Tiga Kebutuhan Dasar
Berbagai bentuk perilaku hubungan antarpribadi sehubungan dengan terpenuhi atau tidaknya tiga kebutuhan dasar (inklusi, control, afeksi).
1. Perilaku inklusi
a. Perilaku kurang sosial (malu, menarik diri, sulit beradaptasi)
b. Perilaku terlalu sosial (terlalu mementingkan orang lain, berkorban demi teman sekalipun merugikan diri sendiri)
c. Perilaku sosial ( mampu beradaptasi, cukup percaya diri)
2. Perilaku Kontrol
a. Perilaku menurut atau abdikat ( mengikuti kehendak orang lain, merasa bahwa ia tidak mampu berbuat apa-apa. Hal ini terjadi karena kurang terpenuhinya kebutuhan akan control semasa kanak-kanak).
b. Perilaku Otokrat ( perasaan kurang kompeten. Hal ini terjadi karena kurang terpenuhinya control semasa kanak-kanak).
c. Perilaku Demokrat ( orang yang mendapatkan control yang cukup semasa kanak-kanak. Sehingga, mereka berperilaku demokratis, menghargai pendapat orang lain dan mempertimbangkannya).
3. Perilaku Afeksi
a. Perilaku kurang personal (kurang memperhatikan hal-hal yang sifatnya pribadi dari orang lain. Terjadi karena kurang terpenuhinya kebutuhan afeksi semasa kanak-kanak ).
b. Perilaku terlalu personal ( sebagai kompensasi perasaan kurang dicintai semasa kanak-kanak timbul kompensasi perilaku yang terlalu memperhatikan orang lain ).
c. Perilaku personal (sesorang yang mendapat cukup kasih sayang semasa kanak-kanak sehingga, ia bisa memberikan kasih sayang kepada orang lain tanpa merasa terganggu).
d. Perilaku patologik ( kurang terpenuhinya kebutuhan afeksi di masa kanak-kanak sehingga, mudah cemas, gelisah tanpa alasan tertentu ).
1. Perilaku inklusi
a. Perilaku kurang sosial (malu, menarik diri, sulit beradaptasi)
b. Perilaku terlalu sosial (terlalu mementingkan orang lain, berkorban demi teman sekalipun merugikan diri sendiri)
c. Perilaku sosial ( mampu beradaptasi, cukup percaya diri)
2. Perilaku Kontrol
a. Perilaku menurut atau abdikat ( mengikuti kehendak orang lain, merasa bahwa ia tidak mampu berbuat apa-apa. Hal ini terjadi karena kurang terpenuhinya kebutuhan akan control semasa kanak-kanak).
b. Perilaku Otokrat ( perasaan kurang kompeten. Hal ini terjadi karena kurang terpenuhinya control semasa kanak-kanak).
c. Perilaku Demokrat ( orang yang mendapatkan control yang cukup semasa kanak-kanak. Sehingga, mereka berperilaku demokratis, menghargai pendapat orang lain dan mempertimbangkannya).
3. Perilaku Afeksi
a. Perilaku kurang personal (kurang memperhatikan hal-hal yang sifatnya pribadi dari orang lain. Terjadi karena kurang terpenuhinya kebutuhan afeksi semasa kanak-kanak ).
b. Perilaku terlalu personal ( sebagai kompensasi perasaan kurang dicintai semasa kanak-kanak timbul kompensasi perilaku yang terlalu memperhatikan orang lain ).
c. Perilaku personal (sesorang yang mendapat cukup kasih sayang semasa kanak-kanak sehingga, ia bisa memberikan kasih sayang kepada orang lain tanpa merasa terganggu).
d. Perilaku patologik ( kurang terpenuhinya kebutuhan afeksi di masa kanak-kanak sehingga, mudah cemas, gelisah tanpa alasan tertentu ).
Diposting oleh
Psikologi dan Teknologi Internet / Anggi Perina / 10508021
di
22.37
Tidak ada komentar:
Teori Pertukaran Sosial
Teori pertukaran sosial atau social exchange theory, yaitu teori yang menjelaskan tentang bagaiman proses pertukaran dalam masyarakat, meliputi interaksi antar individu dan bagaimana individu memandang hal tersebut. Dalam teori ini terdapat cost dan reward. Cost bisa berupa konsekuensi dan reward adalah penghargaan. Arti penghargaan dalam teori ini yaitu suatu keuntungan yang kita peroleh atas terjalinnya suatu hubungan.
Manusia adalah makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri tanpa bantuan orang lain. Oleh karena itu, manusia dituntut agar selalu berinteraksi dengan lingkungannya. Jadi, ada hal yang ditukar. Contoh : antara dokter dengan pasien.
Teori pertukaran sosial juga dikembangkan oleh Homans dan Blau. Homans berpegang pada keharusan menggunakan prinsip-prinsip psikologi individu untuk menjelaskan perilaku sosial daripada hanya sekedar menggambarkannya. Blau berusaha beranjak dari tingkat pertukaran anar pribadi yang kecil ke tingkat yang lebih besar yaitu struktur sosial. Ia berusaha untuk menunjukkan bagaimana struktur sosial yang lebih besar itu muncul dari proses pertukaran dasar.
Manusia adalah makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri tanpa bantuan orang lain. Oleh karena itu, manusia dituntut agar selalu berinteraksi dengan lingkungannya. Jadi, ada hal yang ditukar. Contoh : antara dokter dengan pasien.
Teori pertukaran sosial juga dikembangkan oleh Homans dan Blau. Homans berpegang pada keharusan menggunakan prinsip-prinsip psikologi individu untuk menjelaskan perilaku sosial daripada hanya sekedar menggambarkannya. Blau berusaha beranjak dari tingkat pertukaran anar pribadi yang kecil ke tingkat yang lebih besar yaitu struktur sosial. Ia berusaha untuk menunjukkan bagaimana struktur sosial yang lebih besar itu muncul dari proses pertukaran dasar.
Diposting oleh
Psikologi dan Teknologi Internet / Anggi Perina / 10508021
di
22.34
Tidak ada komentar:
Teori Hubungan Pribadi
Teori ini disebut juga teori FIRO-B (Fundamental Interpersonal Relation Orientation Behavior) dan dikemukakan oleh Schutz (1958). Teori ini juga dipengaruhi oleh psikoanalisis dan membahas tentang kebutuhan dasar dalam hubungan antar individu dengan idividu lainnya. Ada tiga macam kebutuhan dasar pada manusia sehubungan dengan hubungan antar pribadi tersebut, yaitu : inklusi, kontrol, dan afeksi.
Kebutuhan inklusi adalah kebutuhan untuk ikut serta dalam kelompok. Kebutuhan kontrol adalah kebutuhan akan petunjuk, arahan, dan pedoman berperilaku dalam kelompok. Kebutuhan afeksi adalah kebutuhan akan kasih sayang dalam kelompok.
Tahap inklusi meruapakn tahap paling awal karena individu baru pertama kali bergabung dengan individu lain dlam kelompok. Identitas pribadi masih dominan dan hasrat untuk bergabung dengan kelompok berkonflik dengan hasrat untuk mempertahankan identitas diri.
Tahap berikutnya adalah tahap kontrol. Dalam tahap ini kelompok mulai membuat tata tertib, kesepakatan, tujuan kelompok, dan pemabagian tugas antar anggota kelompok.
Tahap yang terakhir adalah tahap afeksi karena para anggota sudah mengenal satu sama lain.
Kebutuhan inklusi adalah kebutuhan untuk ikut serta dalam kelompok. Kebutuhan kontrol adalah kebutuhan akan petunjuk, arahan, dan pedoman berperilaku dalam kelompok. Kebutuhan afeksi adalah kebutuhan akan kasih sayang dalam kelompok.
Tahap inklusi meruapakn tahap paling awal karena individu baru pertama kali bergabung dengan individu lain dlam kelompok. Identitas pribadi masih dominan dan hasrat untuk bergabung dengan kelompok berkonflik dengan hasrat untuk mempertahankan identitas diri.
Tahap berikutnya adalah tahap kontrol. Dalam tahap ini kelompok mulai membuat tata tertib, kesepakatan, tujuan kelompok, dan pemabagian tugas antar anggota kelompok.
Tahap yang terakhir adalah tahap afeksi karena para anggota sudah mengenal satu sama lain.
Diposting oleh
Psikologi dan Teknologi Internet / Anggi Perina / 10508021
di
22.33
Tidak ada komentar:
Tahap-tahap Pertumbuhan Kelompok
Dalam kelompok tentu saja ada tahap-tahapnya. Tahap-tahapnya adalah sebagai berikut :
1. Tahap pembentukan rasa kekelompokkan
Setiap anggota kelompok berusaha untuk menegnal pribadi anggota-anggota kelompok lainnya. Selain itu, mereka berusaha untuk mempelajari situasi-situasi yang terjadi dalam kelompok, dan bagaimana hubungan yang dikehendaki dalam kelompok tersebut..
2. Tahap pancaroba
Anggota kelompok berusaha mencari letak kelemahan dan kekuatan dari anggota yang lainnya. Misalnya saja dengan cara berinteraksi terlebih dahulu dengan mereka. Interaksi yang dimaksudkan adalah interaksi yang intensif.
3. Tahap pembentukan norma
Dalam tahap ini masih terjadi konflik namun masing-masing anggota mulai memikirkan jalan keluar dari konflik tersebut.
4. Tahap berprestasi
Pada tahap ini, inovasi mulai berkembang karena adanya hubungan yang harmonis dan telah disepakatinya norma kelompok.
1. Tahap pembentukan rasa kekelompokkan
Setiap anggota kelompok berusaha untuk menegnal pribadi anggota-anggota kelompok lainnya. Selain itu, mereka berusaha untuk mempelajari situasi-situasi yang terjadi dalam kelompok, dan bagaimana hubungan yang dikehendaki dalam kelompok tersebut..
2. Tahap pancaroba
Anggota kelompok berusaha mencari letak kelemahan dan kekuatan dari anggota yang lainnya. Misalnya saja dengan cara berinteraksi terlebih dahulu dengan mereka. Interaksi yang dimaksudkan adalah interaksi yang intensif.
3. Tahap pembentukan norma
Dalam tahap ini masih terjadi konflik namun masing-masing anggota mulai memikirkan jalan keluar dari konflik tersebut.
4. Tahap berprestasi
Pada tahap ini, inovasi mulai berkembang karena adanya hubungan yang harmonis dan telah disepakatinya norma kelompok.
Diposting oleh
Psikologi dan Teknologi Internet / Anggi Perina / 10508021
di
22.31
Tidak ada komentar:
Jumat, 22 Oktober 2010
Massa Aktif dan Massa Pasif
Massa aktif didasari oleh tindakan-tindakan nyata, misalnya perkelahian atau peperangan antar suku, demonstrasi. Massa aktif disebabkan karena adanya maslah yang cukup serius dan sulit untuk medapatkan jalan keluarnya, sehingga terkadang seseorang mampu melakukan tindakan-tindakan anarkis. Mereka ingin masalah tersebut selesai, namun mereka salah menempuh jalan keluarnya. Menurut mereka, satu-satunya jalan keluarnya yaitu diselesaikan dengan perkelahian, pemberontakan, dan lain-lain.
Massa pasif merupakan kebalikan dari massa aktif. Massa pasif yaitu sekumpulan individu yang tidak melakukan tindakan-tindakan nyata.
Massa pasif merupakan kebalikan dari massa aktif. Massa pasif yaitu sekumpulan individu yang tidak melakukan tindakan-tindakan nyata.
Diposting oleh
Psikologi dan Teknologi Internet / Anggi Perina / 10508021
di
23.11
Tidak ada komentar:
Massa Abstrak dan Massa Konkrit
Massa abstrak yaitu sekumpulan individu yang belum mempunyai ikatan, baik ikatan emosi dan motif. Tetapi mereka berada dalm suatu kelompok. Seperti yang talah kita ketahui bahwa didalam suatu kelompok harus ada tujuan yang sama. Namun beda halnya dengan massa abstrak. Dalam massa abstrak, tidak ada ikatan apapun. Tetapi, mereka merasa memiliki nasib yang sama, sehingga mereka tetap bertahan dalam kumpulan tersebut.
Massa Konkrit yaitu sekumpulan individu yang sudah mempunyai ikatan emosi, motif, persamaan norma, dan mempunyai potensi yang dinamis. Ikatan emosi atau batin dalam hal persamaan solidaritas, rencana atau program kerja. Jika dibandingkan dengan massa abstrak, tentu saja kelekatan antar individu dalam massa konkrit lebih terjaga. Kekompakannya pun lebih tinggi dibandingkan dengan massa abstrak.
Sumber : http://jeangoodier.blogspot.com/2010/03/massa-dan-mob.html
Massa Konkrit yaitu sekumpulan individu yang sudah mempunyai ikatan emosi, motif, persamaan norma, dan mempunyai potensi yang dinamis. Ikatan emosi atau batin dalam hal persamaan solidaritas, rencana atau program kerja. Jika dibandingkan dengan massa abstrak, tentu saja kelekatan antar individu dalam massa konkrit lebih terjaga. Kekompakannya pun lebih tinggi dibandingkan dengan massa abstrak.
Sumber : http://jeangoodier.blogspot.com/2010/03/massa-dan-mob.html
Diposting oleh
Psikologi dan Teknologi Internet / Anggi Perina / 10508021
di
22.55
Tidak ada komentar:
Psikologi Massa
Psikologi massa yaitu cabang ilmu yang mempelajari tentang bagaimana komunikasi antar individu didalam suatu kumpulan atau sekelompok masssa. Mempelajari setiap perilaku yang terjadi dan komunikasi antar individu tersebut. Contohnya saja ketika kita sedang belajar kelompok bersama teman-teman, pasti kita melakukan suatu komunikasi. Jadi, adanya kesalingan dalam arti saling komunikasi antar individu.
Dalam komunikasi itu terdapat pemberi informasi atau pesan dan penerima informasi atau pesan. Responnya pun bermacam-macam, ada respon positif dan respon negatif. Karena itu, teori S-R (Stimulus-Respons) memainkan peran penting dalam hal ini. Artinya bahwa tindak komunikasi massa terjadi karena adanya suatu rangsangan (stimuli), dan pesannya itu tersampaikan atau diterima karena adanya respons atau tanggapan. Stimuli akan membawa kita pada adanya suatu obyek perangsang, dan polanya datang kepada kita melalui apa yang kita tangkap dengan indra tadi. Dari data yang berhasil ditangkap indra, kita harus membuat kesimpulan, dan proses menarik kesimpulan itu adalah proses adaptasi hasil tangkapan indra dengan akal budi, atau pemikiran.
Sumber : http://kutikata.blogspot.com/2008/12/psikologi-massa.html:
Dalam komunikasi itu terdapat pemberi informasi atau pesan dan penerima informasi atau pesan. Responnya pun bermacam-macam, ada respon positif dan respon negatif. Karena itu, teori S-R (Stimulus-Respons) memainkan peran penting dalam hal ini. Artinya bahwa tindak komunikasi massa terjadi karena adanya suatu rangsangan (stimuli), dan pesannya itu tersampaikan atau diterima karena adanya respons atau tanggapan. Stimuli akan membawa kita pada adanya suatu obyek perangsang, dan polanya datang kepada kita melalui apa yang kita tangkap dengan indra tadi. Dari data yang berhasil ditangkap indra, kita harus membuat kesimpulan, dan proses menarik kesimpulan itu adalah proses adaptasi hasil tangkapan indra dengan akal budi, atau pemikiran.
Sumber : http://kutikata.blogspot.com/2008/12/psikologi-massa.html:
Diposting oleh
Psikologi dan Teknologi Internet / Anggi Perina / 10508021
di
22.28
Tidak ada komentar:
Kamis, 14 Oktober 2010
Aktivitas Kelompok
Salah satu aktivitas kelompok yaitu komunikasi. Komunikasi merupakan hal yang paling penting dalam kelompok. Jika tidak ada komunikasi, maka hubungan dalam kelompokpun menjadi kurang erat dan sulit untuk mencapai tujuan bersama. Salah satu karateristik dari hamper semua kelompok adalah bahwa beberapa orang berbicara terlalu banyak dan yang lain terlapau sedikit. Dalam suatu seminar, misalnya, biasanya ada satu atau dua orang yang memonopoli diskusi, apapun maslah yang dibicarakan. Mungkin aspek yang paling menarik dari gejala ini adalah bahwa hal itu berlangsung tanpa perduli seberapa besar ukuran kelompok. Tanpa memperhatikan jumlah anggota, komunikasi akan mengikuti pola yang sangat teratur, yang dapat disajikan dengan seuah fungsi logaritmik.
Diposting oleh
Psikologi dan Teknologi Internet / Anggi Perina / 10508021
di
09.24
Tidak ada komentar:
Jenis-jenis Kelompok
Jenis kelompok sangat beragam. Penggolongan jenis kelompok itu sendiri bergantung pada tujuan kelompok. Antara lain :
1. Kelompok formal : organisasi militer, perusahaan, kantor kecamatan
Kelompok non-formal : arisan, geng, kelompok belajar, teman-teman bermain golf.
2. Kelompok kecil : dua sahabat, keluarga, kelas.
Kelompok besar : divisi tentara, suku bangsa, bangsa
3. Kelompok jangka pendek : panitia, penumpang sebuah kendaraan umum.
Kelompok jangka panjang : bangsa, keluarga, tentara, sekolah.
4. Kelompok kohesif : Keluarga, panitia, rombongan umroh, sahabat.
Kelompok tidak kohesif : penonton bioskop, pembaca majalah
5. Kelompok agresif : pelajar tawuran, demonstran
Kelompok konvensional : jamaah haji, peonton bioskop, pengunjung resepsi perkawinan.
6. Kelompok dengan identitas bersama : keluarga, kesatuan militer, perusahaan, sekolah, universitas.
Kelompok tanpa identitas bersama : penonton, jamaah, penumpang bus.
7. Kelompok laki-laki : tim sepak bola, pasukan komando, jamaah salat jumat.
Kelompok perempuan : korps wanita ABRI, gerakan feminis, tim sepak bola wanita.
8. Kelmpok persahabatan : ariasn, teman bermain, kumpulan sahabat.
Kelompok yang terlibat dalam tujuan bersama : perusahaan, yayasan, instansi pemerintah.
Sumber : Sarwono, Sarlito Wirawan. 1999. Psikologi Kelompok dan Psikologi Terapan. Jakarta: Balai Pustaka
1. Kelompok formal : organisasi militer, perusahaan, kantor kecamatan
Kelompok non-formal : arisan, geng, kelompok belajar, teman-teman bermain golf.
2. Kelompok kecil : dua sahabat, keluarga, kelas.
Kelompok besar : divisi tentara, suku bangsa, bangsa
3. Kelompok jangka pendek : panitia, penumpang sebuah kendaraan umum.
Kelompok jangka panjang : bangsa, keluarga, tentara, sekolah.
4. Kelompok kohesif : Keluarga, panitia, rombongan umroh, sahabat.
Kelompok tidak kohesif : penonton bioskop, pembaca majalah
5. Kelompok agresif : pelajar tawuran, demonstran
Kelompok konvensional : jamaah haji, peonton bioskop, pengunjung resepsi perkawinan.
6. Kelompok dengan identitas bersama : keluarga, kesatuan militer, perusahaan, sekolah, universitas.
Kelompok tanpa identitas bersama : penonton, jamaah, penumpang bus.
7. Kelompok laki-laki : tim sepak bola, pasukan komando, jamaah salat jumat.
Kelompok perempuan : korps wanita ABRI, gerakan feminis, tim sepak bola wanita.
8. Kelmpok persahabatan : ariasn, teman bermain, kumpulan sahabat.
Kelompok yang terlibat dalam tujuan bersama : perusahaan, yayasan, instansi pemerintah.
Sumber : Sarwono, Sarlito Wirawan. 1999. Psikologi Kelompok dan Psikologi Terapan. Jakarta: Balai Pustaka
Diposting oleh
Psikologi dan Teknologi Internet / Anggi Perina / 10508021
di
09.23
Tidak ada komentar:
Ketertarikan Interpesonal
Dalam membentuk suatu kelompok dibutuhkan ketertarikan interpersonal. Yang artinya, adanya daya tarik antara individu yang satu dengan yang lainnya. Daya tarik itu bisa muncul karena adanya hobi yang sama, kepribadian yang sama, dll. Sehingga, mereka membentuk suatu kelompok.
Penyebab daya tarik :
1. Kedekatan fisik
2. Kesamaan pendapat dan kepribadian; minat dan pengalaman; gaya interpersonal
3. Adanya rasa suka secara timbale balik (reciprocal liking)
4. Daya tarik fisik.
Ada dua macam teori-teori daya tarik interpersonal :
1. Social Exchange Theory (adanya hal yang ditukar dalam lingkungan sosial). Contoh : antara dokter dengan pasien.
2. Equity Theory (adanya kesamaan atau perbandingan antara reward dan cost)
Cost yaitu hal yang timbul, yang menyenangkan dan yang tidak timbul adalah hal yang tidak menyenangkan.
Sumber : Sarwono, Sarlito Wirawan. 1999. Psikologi Kelompok dan Psikologi Terapan. Jakarta: Balai Pustaka
Penyebab daya tarik :
1. Kedekatan fisik
2. Kesamaan pendapat dan kepribadian; minat dan pengalaman; gaya interpersonal
3. Adanya rasa suka secara timbale balik (reciprocal liking)
4. Daya tarik fisik.
Ada dua macam teori-teori daya tarik interpersonal :
1. Social Exchange Theory (adanya hal yang ditukar dalam lingkungan sosial). Contoh : antara dokter dengan pasien.
2. Equity Theory (adanya kesamaan atau perbandingan antara reward dan cost)
Cost yaitu hal yang timbul, yang menyenangkan dan yang tidak timbul adalah hal yang tidak menyenangkan.
Sumber : Sarwono, Sarlito Wirawan. 1999. Psikologi Kelompok dan Psikologi Terapan. Jakarta: Balai Pustaka
Diposting oleh
Psikologi dan Teknologi Internet / Anggi Perina / 10508021
di
09.19
Tidak ada komentar:
Jumat, 08 Oktober 2010
Kekompakan
Kekompakan mengacu pada kekuatan, baik posiif maupun negatif, yang menyebabkan para anggota menetap dalam suatu kelompok. Kekompakan merupakan suatu karateristik kelompok sebagai suat kesatuan. Semua ini berkaitan dengan tingkat keterikatan individual yang dimiliki setiap anggota kelompok.
Bila anggota kelompok saling menyukai satu sama lain dan dieratkan dengan ikatan persahabatan, maka kekompakan itu akan tinggi. Selain itu, tujuan kelompok juga hasrus diperhatikan. Jadi, ketertarikan kita terhadap suatu kelompok bergantung pada kesesuaian antara kebutuhan dan tujuan kita sendiri dengan kegiatan dan tujuan kelompok. Hal ini merupakan kekompakan yang mengacu pada kekuatan positif.
Kekompakan, kelompok juga dipengaruhi oleh kekuatan negatif, sehingga tidak jarang menyebabkan anggota kelompok tidak berani meninggalkan kelompok itu, meskipun mereka merasa tidak puas.
Sumber : Sarwono, Sarlito Wirawan. 1999. Psikologi Kelompok dan Psikologi Terapan. Jakarta: Balai Pustaka
Bila anggota kelompok saling menyukai satu sama lain dan dieratkan dengan ikatan persahabatan, maka kekompakan itu akan tinggi. Selain itu, tujuan kelompok juga hasrus diperhatikan. Jadi, ketertarikan kita terhadap suatu kelompok bergantung pada kesesuaian antara kebutuhan dan tujuan kita sendiri dengan kegiatan dan tujuan kelompok. Hal ini merupakan kekompakan yang mengacu pada kekuatan positif.
Kekompakan, kelompok juga dipengaruhi oleh kekuatan negatif, sehingga tidak jarang menyebabkan anggota kelompok tidak berani meninggalkan kelompok itu, meskipun mereka merasa tidak puas.
Sumber : Sarwono, Sarlito Wirawan. 1999. Psikologi Kelompok dan Psikologi Terapan. Jakarta: Balai Pustaka
Diposting oleh
Psikologi dan Teknologi Internet / Anggi Perina / 10508021
di
03.15
Tidak ada komentar:
Terjadinya Kelompok Menurut Orientasi Sosiologi
Teori Identitas Sosial
Billig mendefinisikannya sebagai sebuah proses yang mengikatkan ndividu pada kelompoknya dan menyebabkan individu menyadari diri sosialnya. Jadi, identitas sosial merupakan suatu proses, bukan tindakan atau perilaku.
Teori Identitas Kelompok
Identitas kelompok lebih banyak didasari oleh Antroologi. Tokoh teori ini adalah Horowitz (1985) yang menggunakan ciri-ciri etnik untuk menentukan identitas berbagi kelompok. Misalnya saja, warna kulit orang Negro berwarna hitam, dan lain-lain.
Teori Identitas Budaya
Tokohnya adalah Smith & Bond. Dalam peneliian ini, ada empat faktor : jarak kekuasaan (antara atasan-bawahan), menghindari ketidakpastian, individualism-kolektivisme, maskulinitas dan femininitas.
Sumber : Sarwono, Sarlito Wirawan. 1999. Psikologi Kelompok dan Psikologi Terapan. Jakarta: Balai Pustaka
Billig mendefinisikannya sebagai sebuah proses yang mengikatkan ndividu pada kelompoknya dan menyebabkan individu menyadari diri sosialnya. Jadi, identitas sosial merupakan suatu proses, bukan tindakan atau perilaku.
Teori Identitas Kelompok
Identitas kelompok lebih banyak didasari oleh Antroologi. Tokoh teori ini adalah Horowitz (1985) yang menggunakan ciri-ciri etnik untuk menentukan identitas berbagi kelompok. Misalnya saja, warna kulit orang Negro berwarna hitam, dan lain-lain.
Teori Identitas Budaya
Tokohnya adalah Smith & Bond. Dalam peneliian ini, ada empat faktor : jarak kekuasaan (antara atasan-bawahan), menghindari ketidakpastian, individualism-kolektivisme, maskulinitas dan femininitas.
Sumber : Sarwono, Sarlito Wirawan. 1999. Psikologi Kelompok dan Psikologi Terapan. Jakarta: Balai Pustaka
Diposting oleh
Psikologi dan Teknologi Internet / Anggi Perina / 10508021
di
03.01
Tidak ada komentar:
Teori Eksperimental
Festinger, Schachter & Black (1952)
Penelitian mereka diawali dengan meneiti para penghni kompleks perumahan Wetsgate dan Wetsgate-west yang diperuntukkan bagi kaum Veteran yang sudah menikah, yang mendaftar ke Massacussets Institute of Technology. Mulanya, orang-orang tidak saling mengenal, tapi lama-kelamaan mereka membentuk kelompok berdsarka faktor kedekatan (proximity).
Menurut Festinger, Schachter & Black, keterpaduan kelompok (group cohesiveness) diawali oleh adanya ketertarikan antar anggota kelompok dan dilanjutkan dengan interaksi sosial dan tujuan-tujuan pribadi yang menutut saling ketergantungan.
Lott & Lott (1965)
Menurut Lott & Lott, keterpaduan kelompok dipengaruhi oleh hal-hal berikut ini :
1. Hubungan yang bersifat sukarela antar anggota.
2. Hubungan kerja sama atau kompetisi yang masih berada dalam batas norma.
3. Saling menerima.
4. Menghadapi masalah bersama-sama, sehingga tidak befikir untuk menyelamatkan diri masing-masing).
5. Status yang homogeny.
6. Berguna bagi kelompok.
7. Mempunyai kepribadian yang saling mengisi dan relevan dengan tujuan kelompok.
8. Adanya ritual.
Sumber : Sarwono, Sarlito Wirawan. 1999. Psikologi Kelompok dan Psikologi Terapan. Jakarta: Balai Pustaka
Penelitian mereka diawali dengan meneiti para penghni kompleks perumahan Wetsgate dan Wetsgate-west yang diperuntukkan bagi kaum Veteran yang sudah menikah, yang mendaftar ke Massacussets Institute of Technology. Mulanya, orang-orang tidak saling mengenal, tapi lama-kelamaan mereka membentuk kelompok berdsarka faktor kedekatan (proximity).
Menurut Festinger, Schachter & Black, keterpaduan kelompok (group cohesiveness) diawali oleh adanya ketertarikan antar anggota kelompok dan dilanjutkan dengan interaksi sosial dan tujuan-tujuan pribadi yang menutut saling ketergantungan.
Lott & Lott (1965)
Menurut Lott & Lott, keterpaduan kelompok dipengaruhi oleh hal-hal berikut ini :
1. Hubungan yang bersifat sukarela antar anggota.
2. Hubungan kerja sama atau kompetisi yang masih berada dalam batas norma.
3. Saling menerima.
4. Menghadapi masalah bersama-sama, sehingga tidak befikir untuk menyelamatkan diri masing-masing).
5. Status yang homogeny.
6. Berguna bagi kelompok.
7. Mempunyai kepribadian yang saling mengisi dan relevan dengan tujuan kelompok.
8. Adanya ritual.
Sumber : Sarwono, Sarlito Wirawan. 1999. Psikologi Kelompok dan Psikologi Terapan. Jakarta: Balai Pustaka
Diposting oleh
Psikologi dan Teknologi Internet / Anggi Perina / 10508021
di
02.48
Tidak ada komentar:
Teori Sintalitas Kelompok
Teori Sintalitas Kelompok
Teori ini menekankan pada bagaimana cara untuk menguraikan dan mengukur sifat-sifat kelompok. Teori ini dikembangkan oleh Cattel, namun dasar pandangan Cattel adalah pandangan McDougall, yang menyatakan sebagai berikut :
1. Meskipun anggotanya berganti-ganti, namun perilaku dan struktur yang khas dari suatu kelompok tetap ada.
2. Semua pengalaman kelompok disimpan dalam ingatan.
3. Adanya respon keseluruhan yang diberikan oleh kelompok terhadap rangsang yang tertuju pada salah satu bagiannya.
4. Adanya dorongan-dorongan dalam kelompok.
5. Adanya emosi yang bervariasi dalam kelompok.
6. Adanya pertimbangan-pertimbangan kolektif.
Selain itu, ada tiga dimensi dari sintaias kelompok :
1. Dimensi sifat-sifat sintalitas; yaitu pengaruh dari keberadaan kelompok terhadap lingkungan sekitarnya.
2. Dimensi struktur kelompok; menekankan hubungan antar anggota kelompok, perilaku-perilaku kelompok, dan pola organisasiya.
3. Dimensi sifat populasi; yaitu sifat rata-rata anggota kelompok.
Teori Cattel ini merupakan teori yang menjembatani teori-teori terjadinya kelompok yang berorientasi psikologi dan yang berorientasi sosiologi karena walaupun ia masih menggnakan asas-asas psikologi, unit analisisnya adalah pada tingkat kelompok.
Sumber : Sarwono, Sarlito Wirawan. 1999. Psikologi Kelompok dan Psikologi Terapan. Jakarta: Balai Pustaka
Teori ini menekankan pada bagaimana cara untuk menguraikan dan mengukur sifat-sifat kelompok. Teori ini dikembangkan oleh Cattel, namun dasar pandangan Cattel adalah pandangan McDougall, yang menyatakan sebagai berikut :
1. Meskipun anggotanya berganti-ganti, namun perilaku dan struktur yang khas dari suatu kelompok tetap ada.
2. Semua pengalaman kelompok disimpan dalam ingatan.
3. Adanya respon keseluruhan yang diberikan oleh kelompok terhadap rangsang yang tertuju pada salah satu bagiannya.
4. Adanya dorongan-dorongan dalam kelompok.
5. Adanya emosi yang bervariasi dalam kelompok.
6. Adanya pertimbangan-pertimbangan kolektif.
Selain itu, ada tiga dimensi dari sintaias kelompok :
1. Dimensi sifat-sifat sintalitas; yaitu pengaruh dari keberadaan kelompok terhadap lingkungan sekitarnya.
2. Dimensi struktur kelompok; menekankan hubungan antar anggota kelompok, perilaku-perilaku kelompok, dan pola organisasiya.
3. Dimensi sifat populasi; yaitu sifat rata-rata anggota kelompok.
Teori Cattel ini merupakan teori yang menjembatani teori-teori terjadinya kelompok yang berorientasi psikologi dan yang berorientasi sosiologi karena walaupun ia masih menggnakan asas-asas psikologi, unit analisisnya adalah pada tingkat kelompok.
Sumber : Sarwono, Sarlito Wirawan. 1999. Psikologi Kelompok dan Psikologi Terapan. Jakarta: Balai Pustaka
Diposting oleh
Psikologi dan Teknologi Internet / Anggi Perina / 10508021
di
02.41
Tidak ada komentar:
Sabtu, 02 Oktober 2010
Orientasi Mengenai Kelompok
Pertama-tama saya akan membahas sedikit tentang proses terjadinya kelompok menurut orientasi psikologis.
1. Teori Perkembangan Kelompok. Dalam teori ini, seseorang akan mencari sosok otoritas, kemudian ia akan menjadikannyatokoh otoritas. Setelah itu, ia akan memilih apakah ia akan mengikuti otoritas tersebut, ataukah melepaskan diri dari otoritas tersebut.
A. Tahap otoritas :
- Ketergantungan pada otoritas. Masih bergantung pada bimbingan atau arahan yang diberikan oleh tokoh otoritas.
- Pemberontakan. Terjadi konflik dalam hal ini karena tokoh yang dianggap otoritas tidak mampu menyelesaikan masalah, sehingga terjadi pemberontakan. Setelah itu, mereka akan mencari tokah otoritas yang baru.
- Pencairan. Yang pertama, diterimanya otoritas yang baru karena dianggap mampu menyelesaikan masalah, yang kedua adalah tidak terpilihnya otoritas baru, sehingga kelompok bubar. Jadi ada dua kemungkinan.
B. Tahap Pribadi. Tahap pemantapan saling ketergantungan antar anggota kelompok.
- Tahap Harmoni. Semua harapan anggota kelompok terpenuhi.
- Tahap Identitas Pribadi. Adanya perasaan tertekan dalam salah satu anggota kelompok, sehingga ia berusaha untuk mencari identitasnya, walaupun tetap berada dalam kelompok tersebut.
- Tahap pencairan masalah Pribadi. Setiap anggota kelompok diberi peran sesuai dengan kemampuan dan sifat masing-masing. Individu tetap terikat dalam kelompok.
Selain itu, ada delapan hal yang terkait dengan orientasi dalam kelompok, yaitu sebagai berikut :
1. Tujuan. Setiap kelompok pasti mempunyai tujuan. Tujuannya pun berbeda-beda tergantung jenis kelompoknya. Jenis kelompok nerpengaruh pada persepsi individu anggota kelompok terhadap rekan anggota lain.
2. Anggota harus mengkomunikasikan ide-ide dan perasaan.
3. Partisipasi dan kepemimpinan harus terdistribusikan antar anggota.
4. Prosedur pengambilan keputusan.
5. Kekuasaan dan pengaruh. Salah satu anggota yang mempunyai kuasa, dapat memberikan pengaruh pada anggota lainnya.
6. Konflik karena adanya perbedaan idea tau opini.
7. Meningkatnya kohesivitas
8. Kemampuan memecahkan masalah.
Sumber : Sarwono, Sarlito Wirawan. 1999. Psikologi Kelompok dan Psikologi Terapan. Jakarta: Balai Pustaka
1. Teori Perkembangan Kelompok. Dalam teori ini, seseorang akan mencari sosok otoritas, kemudian ia akan menjadikannyatokoh otoritas. Setelah itu, ia akan memilih apakah ia akan mengikuti otoritas tersebut, ataukah melepaskan diri dari otoritas tersebut.
A. Tahap otoritas :
- Ketergantungan pada otoritas. Masih bergantung pada bimbingan atau arahan yang diberikan oleh tokoh otoritas.
- Pemberontakan. Terjadi konflik dalam hal ini karena tokoh yang dianggap otoritas tidak mampu menyelesaikan masalah, sehingga terjadi pemberontakan. Setelah itu, mereka akan mencari tokah otoritas yang baru.
- Pencairan. Yang pertama, diterimanya otoritas yang baru karena dianggap mampu menyelesaikan masalah, yang kedua adalah tidak terpilihnya otoritas baru, sehingga kelompok bubar. Jadi ada dua kemungkinan.
B. Tahap Pribadi. Tahap pemantapan saling ketergantungan antar anggota kelompok.
- Tahap Harmoni. Semua harapan anggota kelompok terpenuhi.
- Tahap Identitas Pribadi. Adanya perasaan tertekan dalam salah satu anggota kelompok, sehingga ia berusaha untuk mencari identitasnya, walaupun tetap berada dalam kelompok tersebut.
- Tahap pencairan masalah Pribadi. Setiap anggota kelompok diberi peran sesuai dengan kemampuan dan sifat masing-masing. Individu tetap terikat dalam kelompok.
Selain itu, ada delapan hal yang terkait dengan orientasi dalam kelompok, yaitu sebagai berikut :
1. Tujuan. Setiap kelompok pasti mempunyai tujuan. Tujuannya pun berbeda-beda tergantung jenis kelompoknya. Jenis kelompok nerpengaruh pada persepsi individu anggota kelompok terhadap rekan anggota lain.
2. Anggota harus mengkomunikasikan ide-ide dan perasaan.
3. Partisipasi dan kepemimpinan harus terdistribusikan antar anggota.
4. Prosedur pengambilan keputusan.
5. Kekuasaan dan pengaruh. Salah satu anggota yang mempunyai kuasa, dapat memberikan pengaruh pada anggota lainnya.
6. Konflik karena adanya perbedaan idea tau opini.
7. Meningkatnya kohesivitas
8. Kemampuan memecahkan masalah.
Sumber : Sarwono, Sarlito Wirawan. 1999. Psikologi Kelompok dan Psikologi Terapan. Jakarta: Balai Pustaka
Diposting oleh
Psikologi dan Teknologi Internet / Anggi Perina / 10508021
di
00.44
Tidak ada komentar:
Apa dan Bagaimana Sebenarnya Dinamika dalam Suatu Kelompok ?
Dinamika berasal dari kata Dynamics yang berasal dari bahasa Yunani, yang artinya kekuatan. Di dalam kelompok selalu ada yang dinamakan dengan dinamika. Dimana, dinamika tersebut merupakan suatu hubungan timbale balik antara individu yang satu dengan yang lain, yang berada dalam kelompok tersebut.
Hal tersebut dimaksudkan agar terjadi suatu perkembangan dalam kelompk. Selain itu, setiap anggota dalam kelompok tersebut akan bersama-sama mencapai tujuan mereka.
Hal tersebut dimaksudkan agar terjadi suatu perkembangan dalam kelompk. Selain itu, setiap anggota dalam kelompok tersebut akan bersama-sama mencapai tujuan mereka.
Diposting oleh
Psikologi dan Teknologi Internet / Anggi Perina / 10508021
di
00.08
Tidak ada komentar:
Jumat, 01 Oktober 2010
Kelompok ?
Kelompok ?
Apakah suku bangsa atau bangsa dari suatu negara merupakan kelompok ? Apakah sekumpulan individu yang belum pernah berhubungan satu sama lain dinamakan kelompok ?
Tentu kita bertanya-tanya, apakah arti kelompok yang sebenarnya. Di sini saya akan mengulas sedikit mengenai definisi kelompok.
Ada berbagai ilmuwan atau pakar-pakar psikologi yang mendefinisikan kelompok. Salah satunya yaitu Johnson & Johnson. Menurut Johnson & Johnson, kelompok adalah dua individu atau lebih yang berinteraksi tatap muka, mereka sadar akan ketergantungannya secara positif, mereka juga menyadari keberadaan orang lain dalam kelompok, dan semua anggota dalam kelompok mempunyai tujuan yang sama.
Rumusan Johnson & Johnson ini hanya terbatas pada kelompok kecil (misalnya, tim dan keluarga).
Kelompok adalah agregat sosial (istilah umum untuk sekelompok orang)dimana anggota-anggota yang saling tergantung, dan setidaknya memiliki potensi untuk melakukan interaksi satu sama lain. Dalam sebagian kelompok, anggota-anggotanya melakukan kontak tatap muka yang intens. Definisi kelompok ini merupakan perluasan dari definisi dasar relasi interpersonal yang menekankan cirri penting suatu kelompok, yaitu bahwa dengan berbagai cara anggotanya saling mempengaruhi satu sama lain.
Kelompok mempunyai keragaman dalam banyak hal, misalnya ukuran, lamanya, nilai-nilai, dan tujuan, serta ruang lingkup.
Kelompok yang terkecil adalah pasangan. Bila suatu ukuran kelompok bertambah besar, maka agregat sosial cenderung menjadi organisasi formal, dan mungkin interaksi tidak terlalu intensif diantara anggota-anggotanya. Untuk menekankan perbedaan antara kelompok dengan organisasi formal, beberapa peneliti lebih menyukai istilah “kelompok kecil” untuk unit sosial yang anggotanya melekukan interaksi tatap muka.
Kelompok bervariasi menurut lamanya, yaitu jangka waktu atau berapa lama kelompok tersebut berada bersama-sama. Contohnya : keluarga. Didalam keluarga, generasi-generasi baru juga akan muncul, dan ada juga yang meninggalkannya melalui kematian dan perceraian.
Kelompok juga bervariasi dalam hal nilai dan tujuan. Misalnya, ada kelompok pengajian, OSIS, perkumpulan catur. Ketiga kelompok tersebut pasti memiliki tujan yang berbeda. Selain itu, untuk memasuki kelompok tersebut, tergantung pada nilai-nilai pribadi dan minat Anda sendiri.
Jika dilihat dari ruang lingkupnya, ada kelompok yang terpusat pada satu masalah dan pada berbagai masalah.
Dalam suatu organisasi terstruktur, contohnya dalam sebuah organisasi kecil atau perusahaan kecil yang memproduksi perangkat lunak komputer, akan terdapat empat posisi yang berbeda ; pemilik yang mendirikan perusahaan, pemrogram yang mengembangkan paket perangkat lunak baru, seorang penjual dan seorang sekretaris. Di hamper semua sistem sosial, posisi-posisi itu menimbulkan status sosial yang berbeda. Pemilik perusahaan yang status paling tinggi dan pendapatan paling besar; mungkin penjual dan sekretaris memilki status dan pendapatan paling rendah.
Hal tersebut berkaitan dengan adanya peranan sosial, seperangkat aturan yang menjelaskan tentang tanggung jawab dan tindakan yang diharapkan dari suatu posisi. Individu harus menyesuaikan diri terhadap persyaratan posisi mereka dan kelompok, meskipun mungkin mereka mencoba meerumuskan kembali pola-pola yang telah ada.
Motivasi individu untuk tetap berada dalam suatu kelompok juga dipengaruhi oleh tujuan instrumental kelompok itu.
Sifat keanggotaan dalam kelompok itu saling mempengaruhi. Apabila salah satu anggota tidak bisa memberi pengaruh postif pada anggota kelompok, maka bisa saja terjadi perpecahan dalam kelompok. Karena kurangnya kekompakan.
Sumber : Sarwono, Sarlito Wirawan. 1999. Psikologi Kelompok dan Psikologi Terapan. Jakarta: Balai Pustaka
Adriyanto, Michael.1985. Psikologi Sosial. Jakarta: Erlangga
Apakah suku bangsa atau bangsa dari suatu negara merupakan kelompok ? Apakah sekumpulan individu yang belum pernah berhubungan satu sama lain dinamakan kelompok ?
Tentu kita bertanya-tanya, apakah arti kelompok yang sebenarnya. Di sini saya akan mengulas sedikit mengenai definisi kelompok.
Ada berbagai ilmuwan atau pakar-pakar psikologi yang mendefinisikan kelompok. Salah satunya yaitu Johnson & Johnson. Menurut Johnson & Johnson, kelompok adalah dua individu atau lebih yang berinteraksi tatap muka, mereka sadar akan ketergantungannya secara positif, mereka juga menyadari keberadaan orang lain dalam kelompok, dan semua anggota dalam kelompok mempunyai tujuan yang sama.
Rumusan Johnson & Johnson ini hanya terbatas pada kelompok kecil (misalnya, tim dan keluarga).
Kelompok adalah agregat sosial (istilah umum untuk sekelompok orang)dimana anggota-anggota yang saling tergantung, dan setidaknya memiliki potensi untuk melakukan interaksi satu sama lain. Dalam sebagian kelompok, anggota-anggotanya melakukan kontak tatap muka yang intens. Definisi kelompok ini merupakan perluasan dari definisi dasar relasi interpersonal yang menekankan cirri penting suatu kelompok, yaitu bahwa dengan berbagai cara anggotanya saling mempengaruhi satu sama lain.
Kelompok mempunyai keragaman dalam banyak hal, misalnya ukuran, lamanya, nilai-nilai, dan tujuan, serta ruang lingkup.
Kelompok yang terkecil adalah pasangan. Bila suatu ukuran kelompok bertambah besar, maka agregat sosial cenderung menjadi organisasi formal, dan mungkin interaksi tidak terlalu intensif diantara anggota-anggotanya. Untuk menekankan perbedaan antara kelompok dengan organisasi formal, beberapa peneliti lebih menyukai istilah “kelompok kecil” untuk unit sosial yang anggotanya melekukan interaksi tatap muka.
Kelompok bervariasi menurut lamanya, yaitu jangka waktu atau berapa lama kelompok tersebut berada bersama-sama. Contohnya : keluarga. Didalam keluarga, generasi-generasi baru juga akan muncul, dan ada juga yang meninggalkannya melalui kematian dan perceraian.
Kelompok juga bervariasi dalam hal nilai dan tujuan. Misalnya, ada kelompok pengajian, OSIS, perkumpulan catur. Ketiga kelompok tersebut pasti memiliki tujan yang berbeda. Selain itu, untuk memasuki kelompok tersebut, tergantung pada nilai-nilai pribadi dan minat Anda sendiri.
Jika dilihat dari ruang lingkupnya, ada kelompok yang terpusat pada satu masalah dan pada berbagai masalah.
Dalam suatu organisasi terstruktur, contohnya dalam sebuah organisasi kecil atau perusahaan kecil yang memproduksi perangkat lunak komputer, akan terdapat empat posisi yang berbeda ; pemilik yang mendirikan perusahaan, pemrogram yang mengembangkan paket perangkat lunak baru, seorang penjual dan seorang sekretaris. Di hamper semua sistem sosial, posisi-posisi itu menimbulkan status sosial yang berbeda. Pemilik perusahaan yang status paling tinggi dan pendapatan paling besar; mungkin penjual dan sekretaris memilki status dan pendapatan paling rendah.
Hal tersebut berkaitan dengan adanya peranan sosial, seperangkat aturan yang menjelaskan tentang tanggung jawab dan tindakan yang diharapkan dari suatu posisi. Individu harus menyesuaikan diri terhadap persyaratan posisi mereka dan kelompok, meskipun mungkin mereka mencoba meerumuskan kembali pola-pola yang telah ada.
Motivasi individu untuk tetap berada dalam suatu kelompok juga dipengaruhi oleh tujuan instrumental kelompok itu.
Sifat keanggotaan dalam kelompok itu saling mempengaruhi. Apabila salah satu anggota tidak bisa memberi pengaruh postif pada anggota kelompok, maka bisa saja terjadi perpecahan dalam kelompok. Karena kurangnya kekompakan.
Sumber : Sarwono, Sarlito Wirawan. 1999. Psikologi Kelompok dan Psikologi Terapan. Jakarta: Balai Pustaka
Adriyanto, Michael.1985. Psikologi Sosial. Jakarta: Erlangga
Diposting oleh
Psikologi dan Teknologi Internet / Anggi Perina / 10508021
di
03.29
Tidak ada komentar:
Kelompok ?
Diposting oleh
Psikologi dan Teknologi Internet / Anggi Perina / 10508021
di
03.29
Tidak ada komentar:
Bagaimana Kedudukan Psikologi Kelompok dalam Psikologi Sosial ?
Bagaimana Kedudukan Psikologi Kelompok dalam Psikologi Sosial ?
Manusia adalah makhluk sosial. Mereka tidak bisa hidup sendiri tanpa kehadiran atau bantuan dari orang lain. Mereka akan terus berinteraksi satu sama lain. Interaksi mereka itulah yang membentuk suatu kelompok. Manusia sebagai makhluk sosial tidak pernah terlepas dari kelompok.
Dalam ilmu-ilmu sosial, salah satunya yaitu psikologi sosial yang sebagian besar membahas bagaimana interaksi antara individu yang satu dengan yang lain. Psikologi sosial juga mempelajari perilaku individu sampai ke elemen yang seecil-kecilnya yaitu elemen kesadaran, proses fisiologik, dan lain-lain) dan beranggapan bahwa perilaku kelompok dapat diterangkan dalam elemen-elemen kecil tersebut. Selain itu, dikatakan bahwa elemen-elemen perilau yang terkecil itu mendasari perilaku individu, perilaku individu mendasari hubungan antar individu yang selanjutnya mendasari perilaku dalam kelompok dan antar kelompok.
Oleh sebab itu, peran psikologi kelompok sangat penting dalam psikologi sosial. Psikologi kelompok membahas tentang kelompok itu sendiri, sedangkan psikologi sosial membahas tentang bagaimana interaksi dalam kelompok tersebut.
Sumber : Sarwono, Sarlito Wirawan. 1999. Psikologi Kelompok dan Psikologi Terapan. Jakarta: Balai Pustaka
Manusia adalah makhluk sosial. Mereka tidak bisa hidup sendiri tanpa kehadiran atau bantuan dari orang lain. Mereka akan terus berinteraksi satu sama lain. Interaksi mereka itulah yang membentuk suatu kelompok. Manusia sebagai makhluk sosial tidak pernah terlepas dari kelompok.
Dalam ilmu-ilmu sosial, salah satunya yaitu psikologi sosial yang sebagian besar membahas bagaimana interaksi antara individu yang satu dengan yang lain. Psikologi sosial juga mempelajari perilaku individu sampai ke elemen yang seecil-kecilnya yaitu elemen kesadaran, proses fisiologik, dan lain-lain) dan beranggapan bahwa perilaku kelompok dapat diterangkan dalam elemen-elemen kecil tersebut. Selain itu, dikatakan bahwa elemen-elemen perilau yang terkecil itu mendasari perilaku individu, perilaku individu mendasari hubungan antar individu yang selanjutnya mendasari perilaku dalam kelompok dan antar kelompok.
Oleh sebab itu, peran psikologi kelompok sangat penting dalam psikologi sosial. Psikologi kelompok membahas tentang kelompok itu sendiri, sedangkan psikologi sosial membahas tentang bagaimana interaksi dalam kelompok tersebut.
Sumber : Sarwono, Sarlito Wirawan. 1999. Psikologi Kelompok dan Psikologi Terapan. Jakarta: Balai Pustaka
Diposting oleh
Psikologi dan Teknologi Internet / Anggi Perina / 10508021
di
03.27
Tidak ada komentar:
Kelompok ?
Apakah suku bangsa atau bangsa dari suatu negara merupakan kelompok ? Apakah sekumpulan individu yang belum pernah berhubungan satu sama lain dinamakan kelompok ?
Tentu kita bertanya-tanya, apakah arti kelompok yang sebenarnya. Di sini saya akan mengulas sedikit mengenai definisi kelompok.
Rumusan Johnson & Johnson ini hanya terbatas pada kelompok kecil (misalnya, tim dan keluarga).
Kelompok adalah agregat sosial (istilah umum untuk sekelompok orang)dimana anggota-anggota yang saling tergantung, dan setidaknya memiliki potensi untuk melakukan interaksi satu sama lain. Dalam sebagian kelompok, anggota-anggotanya melakukan kontak tatap muka yang intens. Definisi kelompok ini merupakan perluasan dari definisi dasar relasi interpersonal yang menekankan cirri penting suatu kelompok, yaitu bahwa dengan berbagai cara anggotanya saling mempengaruhi satu sama lain.
Kelompok mempunyai keragaman dalam banyak hal, misalnya ukuran, lamanya, nilai-nilai, dan tujuan, serta ruang lingkup.
Kelompok yang terkecil adalah pasangan. Bila suatu ukuran kelompok bertambah besar, maka agregat sosial cenderung menjadi organisasi formal, dan mungkin interaksi tidak terlalu intensif diantara anggota-anggotanya. Untuk menekankan perbedaan antara kelompok dengan organisasi formal, beberapa peneliti lebih menyukai istilah “kelompok kecil” untuk unit sosial yang anggotanya melekukan interaksi tatap muka.
Kelompok bervariasi menurut lamanya, yaitu jangka waktu atau berapa lama kelompok tersebut berada bersama-sama. Contohnya : keluarga. Didalam keluarga, generasi-generasi baru juga akan muncul, dan ada juga yang meninggalkannya melalui kematian dan perceraian.
Kelompok juga bervariasi dalam hal nilai dan tujuan. Misalnya, ada kelompok pengajian, OSIS, perkumpulan catur. Ketiga kelompok tersebut pasti memiliki tujan yang berbeda. Selain itu, untuk memasuki kelompok tersebut, tergantung pada nilai-nilai pribadi dan minat Anda sendiri.
Jika dilihat dari ruang lingkupnya, ada kelompok yang terpusat pada satu masalah dan pada berbagai masalah.
Dalam suatu organisasi terstruktur, contohnya dalam sebuah organisasi kecil atau perusahaan kecil yang memproduksi perangkat lunak komputer, akan terdapat empat posisi yang berbeda ; pemilik yang mendirikan perusahaan, pemrogram yang mengembangkan paket perangkat lunak baru, seorang penjual dan seorang sekretaris. Di hamper semua sistem sosial, posisi-posisi itu menimbulkan status sosial yang berbeda. Pemilik perusahaan yang status paling tinggi dan pendapatan paling besar; mungkin penjual dan sekretaris memilki status dan pendapatan paling rendah.
Hal tersebut berkaitan dengan adanya peranan sosial, seperangkat aturan yang menjelaskan tentang tanggung jawab dan tindakan yang diharapkan dari suatu posisi. Individu harus menyesuaikan diri terhadap persyaratan posisi mereka dan kelompok, meskipun mungkin mereka mencoba meerumuskan kembali pola-pola yang telah ada.
Motivasi individu untuk tetap berada dalam suatu kelompok juga dipengaruhi oleh tujuan instrumental kelompok itu.
Sifat keanggotaan dalam kelompok itu saling mempengaruhi. Apabila salah satu anggota tidak bisa memberi pengaruh postif pada anggota kelompok, maka bisa saja terjadi perpecahan dalam kelompok. Karena kurangnya kekompakan.
Diposting oleh
Psikologi dan Teknologi Internet / Anggi Perina / 10508021
di
02.08
Tidak ada komentar:
Bagaimana Kedudukan Psikologi Kelompok dalam Psikologi Sosial ?
Manusia adalah makhluk sosial. Mereka tidak bisa hidup sendiri tanpa kehadiran atau bantuan dari orang lain. Mereka akan terus berinteraksi satu sama lain. Interaksi mereka itulah yang membentuk suatu kelompok. Manusia sebagai makhluk sosial tidak pernah terlepas dari kelompok.
Dalam ilmu-ilmu sosial, salah satunya yaitu psikologi sosial yang sebagian besar membahas bagaimana interaksi antara individu yang satu dengan yang lain. Psikologi sosial juga mempelajari perilaku individu sampai ke elemen yang seecil-kecilnya yaitu elemen kesadaran, proses fisiologik, dan lain-lain) dan beranggapan bahwa perilaku kelompok dapat diterangkan dalam elemen-elemen kecil tersebut. Selain itu, dikatakan bahwa elemen-elemen perilau yang terkecil itu mendasari perilaku individu, perilaku individu mendasari hubungan antar individu yang selanjutnya mendasari perilaku dalam kelompok dan antar kelompok.
Oleh sebab itu, peran psikologi kelompok sangat penting dalam psikologi sosial. Psikologi kelompok membahas tentang kelompok itu sendiri, sedangkan psikologi sosial membahas tentang bagaimana interaksi dalam kelompok tersebut.
Sumber : Sarwono, Sarlito Wirawan. 1999. Psikologi Kelompok dan Psikologi Terapan. Jakarta: Balai Pustaka
Diposting oleh
Psikologi dan Teknologi Internet / Anggi Perina / 10508021
di
02.01
Tidak ada komentar:
Langganan:
Postingan (Atom)