Sabtu, 02 Oktober 2010

Orientasi Mengenai Kelompok

Pertama-tama saya akan membahas sedikit tentang proses terjadinya kelompok menurut orientasi psikologis.
1.    Teori Perkembangan Kelompok. Dalam teori ini, seseorang akan mencari sosok otoritas, kemudian ia akan menjadikannyatokoh otoritas. Setelah itu, ia akan memilih apakah ia akan mengikuti otoritas tersebut, ataukah melepaskan diri dari otoritas tersebut.
A.    Tahap otoritas :
-    Ketergantungan pada otoritas. Masih bergantung pada bimbingan atau arahan yang diberikan oleh tokoh otoritas.
-    Pemberontakan. Terjadi konflik dalam hal ini karena tokoh yang dianggap otoritas tidak mampu menyelesaikan masalah, sehingga terjadi pemberontakan. Setelah itu, mereka akan mencari tokah otoritas yang baru.
-    Pencairan. Yang pertama, diterimanya otoritas yang baru karena dianggap mampu menyelesaikan masalah, yang kedua adalah tidak terpilihnya otoritas baru, sehingga kelompok bubar. Jadi ada dua kemungkinan.
B.    Tahap Pribadi. Tahap pemantapan saling ketergantungan antar anggota kelompok.
-    Tahap Harmoni. Semua harapan anggota kelompok terpenuhi.
-    Tahap Identitas Pribadi. Adanya perasaan tertekan dalam salah satu anggota kelompok, sehingga ia berusaha untuk mencari identitasnya, walaupun tetap berada dalam kelompok tersebut.
-    Tahap pencairan masalah Pribadi. Setiap anggota kelompok diberi peran sesuai dengan kemampuan dan sifat masing-masing. Individu tetap terikat dalam kelompok.

Selain itu, ada delapan hal yang terkait dengan orientasi dalam kelompok, yaitu sebagai berikut :
1.    Tujuan. Setiap kelompok pasti mempunyai tujuan. Tujuannya pun berbeda-beda tergantung jenis kelompoknya. Jenis kelompok nerpengaruh pada persepsi individu anggota kelompok terhadap rekan anggota lain.
2.    Anggota harus mengkomunikasikan ide-ide dan perasaan.
3.    Partisipasi dan kepemimpinan harus terdistribusikan antar anggota.
4.    Prosedur pengambilan keputusan.
5.    Kekuasaan dan pengaruh. Salah satu anggota yang mempunyai kuasa, dapat memberikan pengaruh pada anggota lainnya.
6.    Konflik karena adanya perbedaan idea tau opini.
7.    Meningkatnya kohesivitas
8.    Kemampuan memecahkan masalah.
Sumber :  Sarwono, Sarlito Wirawan. 1999. Psikologi Kelompok dan Psikologi Terapan. Jakarta: Balai Pustaka

Tidak ada komentar:

Posting Komentar